Selasa, 09 Agustus 2016

SEJARAH HIGH HEELS


High heels pertama kali ditemukan oleh masyarakat  sekitar 3500 tahun sebelum masehi di Mesir Kuno. Ditemukan bahwa pada masa itu kaum wanita dan pria kalangan atas menggunakan bentuk sepatu hak tinggi pertama untuk upacara adat tradisional mereka. Sepatu ini berbentuk seperti simbol ankh yang melambangkan kehidupan. Selain itu tukang jagal di daerah Mesir Kuno juga menggunakan high heels untuk mempermudah berjalan melewati darah hewan hasil jagalan mereka.

Kothorni

Di daerah Yunani dan Roma kuno ditemukan sepatu yang mirip dengan high heels bernama kothorni. Bentuknya seperti sepatu platform, sendal dengan tudungnya dan memiliki hak atau sol yang tinggi dan terbuat dari kayu atau gabus. Pada jaman Reinaissance sepatu ini dikenal dengan sebutan buskins. Sepatu ini merupakan sepatu yang terkenal di kalangan aktor pertunjukan pada masa itu. Ketinggian buskins menunjukan status sosial si aktor tersebut atau seberapa penting karakter si aktor tersebut dalam pementasannya.


Pattens

Selama abad pertengahan ditemukan lagi bentuk high heels yang lain. Pada masa itu baik perempuan maupun laki-laki menggunakan sebuah hak bernama Pattens yang melekat pada sepatu mereka. Alasan penggunaannya adalan untuk masalah ke praktisan. Pattens berfungsi untuk melindungi sepatu mahal mereka dari lumpur, puing-puing sekaligus membantu mereka berjalan di atas permukaan tanah yang tidak rata.


Kabkabs/Nalins

Pada abad ke 14 munculah Kabkabs atau nama lainnya Nalins di Lebanon yang merupakan sepatu hak tinggi bagi kaum wanita Timur Tengah untuk melindungi kaki mereka dari kotoran dan debu jalanan. Nama tersebut diambil dari suaranya ketika diapakai berjalan di lantai marmer. Bagi wanita yang kaya raya seringkali sepatu kayu mereka ini akan dihiasi dengan mutiara dengan tinggi beberapa inchi dan sulaman kulit. Biasanya sepatu ini dibuat dengan tali pengikat yang terbuat dari sutra atau beludru. Bagian atasnya disulam dengan perak, emas, atau kawat pewter (campuran timah putih dan hitam).


Chopines

Di Turkey pada abad ke 15 ditemukan sepatu high heels yang diberi nama chopines yang kemudian populer di seluruh daerah eropa sampai dengan abad ke 17. Chopines memiliki ketinggian antara 7 sampai dengan 30 inchi dan khusus dibuat untuk perempuan. Karena tingginya yang sangat ekstrim, untuk berjalan, seorang wanita membutuhkan bantuan tongkat atau seorang pelayan untuk selalu membantu mereka. Chopines dirancang dengan gabus dan kayu ditumpuk di bagian tumit sepatu tersebut hingga tinggi. Pada sekitar tahun 1600 chopines di buat di Venesia dengan bagian tumit lebih tinggi dan sudah mulai sedikit mengarah ke fashion. Chopines di Venesia merupakan perlambangan kekayaan dan status sosial para wanita. Selain itu chopines yang membuat wanita susah bergerak berguna untuk mencegah wanita kabur dari rumah dan berselingkuh dari suaminya. Hal ini juga merupakan perlambangan sepatu hak sebagai diskriminasi gender.


Penemuan dan Penolakan


Catherine de Medici

Akhirnya istri raja perancis Henry II lah yang mendapat kredit sebagai penemu pertama high heels sebagai item fashion. Pada tahun 1533, Catherine de medici yang merupakan orang keturunan Italia ini bertunangan pada Duke of Orleans, raja Henry II ketika usianya baru mencapai 14 tahun. Tubuh Catherine kecil dan kurang menarik, tingginya hanya mencapai 150 centimeter sementara saat itu raja Henry merupakan seorang eropa yang termasuk sangat tinggi. 
          Karena ingin terlihat lebih anggun dan berkuasa sebagai seorang ratu ia menugaskan seorang tukang sepatu untuk mebuat sebuah sepatu bergaya yang memiliki tumit ditinggikan dan memiliki gabungan bentuk yang beradaptasi dari chopine dan pattens. Jadi sepatu ini solnya terbuat dari kayu yang meninggikan bagian tumit dan jari kaki, tapi dengan bagian tumit yang lebih tinggi daripada jari kakinya. Bagian hak sepatu tersebut dibuat sangat ramping dan kecil. Sepatu inilah yang menjadi awal stiletto. Kabarnya sepatu tersebut merupakan hasil karya dari seniman terkenal, Leonardo Da Vinci. 


High Heels Catherine de Medici

Fungsi sepatu ini selain untuk kecantikan dan fashion juga untuk melindungi kaki dari debu dan kotoran jalanan. Jadilah sepatu high heels 2 inchi untuk Ratu Catherine de medici sebagai high heels fashion/stiletto yang pertama diciptakan. Sepatu dengan model high heels pertama ini kemudian tersebar luas di Italia dan menjadi sebuah fashion statement, pemakaiannya menggantikan pemakain chopines. Sampai-sampai chopines dilarang pemakaiannya di Venice.
Sejak Penemuannya itu stiletto atau high heels menjadi sangat terkenal di Eropa. Stiletto kadang dihiasi emas dan berlian sehingga harganya melonjak dan menjadi sangat amat mahal. Marie Antoinette dari Perancis sangat menyukai model sepatu high heels ini sampai-sampai pada abad ke 18 saat eksekusi matinya, ia tetap mengenakan sepatu high heels ini.


Marie Antoinette

Pada abad ke 18 di Eropa, fashion berfokuskan pada area tubuh bagian bawah para pria. Saat itu stocking sedang mengalami masa trend dan sangat penting bagi kaum pria. Ketika para pria eropa berlomba-lomba merampingkan kakinya, Louis XIV kemudian tampak menggunakan sepatu high heels berhak merah dengan ketinggian 5 inchi. Sepatu tersebut memiliki gambar adegan perang di bagian tumitnya. Ketika itu raja hanya mengizinkan bangsawan saja yang boleh menggenakan sepatu berhak merah. Namun karena sang raja menggunakan sepatu bermodel tumit tinggi seperti itu rakyatnya pun mengikuti. Sepatu high heels pun menjadi trend di kalangan pria Eropa dengan syarat tidak boleh ada yang mengenakan sepatu hak tinggi lebih tinggi dari sepatu hak 5 inchi milik sang raja.

Okobo

Pada sekitar waktu yang sama di Jepang, ditemukan sejenis bentuk high heels yang diberi nama Okobo atau sekarang kebih kita kenal dengan bakiak. Okobo ini digunakan oleh para maiko atau geisha magang. Selain untuk fashion, okobo juga digunakan karena masalah kepraktisan. Tinggi okobo berguna untuk mencega kimono yang mahal menjadi kotor atau rusak akibat kotoran di jalanan. Okobo dibuat dari kayu yang dibentuk menyerupai tapak sepatu dan diukir cekung sehingga menghasilkan bunyi tersendiri ketika dipakai. Bunyinya inilah yang menjadi salah satu dasar pemilihan namanya. Kayu tersebut diselesaikan apa adanya, bahkan ada yang sama sekali tidak dipernis. Namun, selama musim panas, maiko mengenakan okobo yang telah dipernis. Bentuk tali penahan okobo berbentuk V seperti layaknya sendal jepit, sedangkan warna talinya disesuaikan dengan status maiko. Untuk maiko baru akan mengenakan okobo tali merah, sedang yang hampir menyelesaikan magangnya menggunakan tali kuning. Sampai saat ini okobo masih sering digunakan oleh masyarakat Jepang.
Sepatu high heels atau hak tinggi ini memiliki masa kejatuhan juga. Setelah revolusi perancis pada sekitar abad ke 18, Napoleon melarang pemakaian sepatu hak tinggi atau high heels ini. Alasannya adalan karena pemakaian sepatu ini melambangkan pembedaan kasta. Sejak saat itu semua masyarakat memakai flat shoes dan sendal baik pria maupun wanita selama abad ke 19. Pemakaian high heels mulai abad ke 19 ini hanya dikhususkan dan eksklusif untuk para wanita saja dan sangat digemari sebagai sebuah item fashion.
High Heels Pada Abad ke 20

Mulai abad ke 20 sepatu high heels mengalami kenaikan popularitas lagi. Para pencinta dan pengamat fashion mulai kembali memfokuskan high heels sebagai benda fashion penting.
Pada 1940 desainer Perancis, Andre Perugia merancang stiletto modern pertama yang berhasil di foto. Stiletto ini ia ciptakan untuk penyanyi Paris, Mistinguett. Andre Perugia kemudian dikenal sebagai salah satu perancang yang melestarikan stiletto dalam dunia fashion. Nama stiletto sendiri diambil dari bahasa Yunani stylos yang berarti tiang penyangga.
High heels kembali berjaya pada sekitar tahun 1950 sampai dengan 1960an. Mulai pada saat itulah ada tekhnologi yang dapat digunakan untuk membuat stiletto modern yang kita kenal pada saat ini. Teknologi tersebut adalah dengan menyisipkan baja tipis di bagian hak sepatu untuk menyokong sepatu tersebut. Sebelumnya pembuatan stiletto diatas 7 centimeter sangat sulit dilakukan karena ukuran hak yang sangat tipis.
Pada tahun 1950an itulah melalui merk ternama Christian Dior yang bekerja sama dengan perancang terkenal Robert Vivier kembali menghidupkan stiletto sebagai sebuah fashion statement penting bagi wanita. Kolaborasi antara kedua desainer ini menciptakan sebuah sepatu stiletto model ‘Louis’ dengan potongan rendah dan hak yang sangat tipis.


Sepatu Boots dengan Hak

Dengan diciptakannya rok mini pada tahun 1960an, diciptakan juga model sepatu boot dengan heels yang sangat serasi dipadukan. Sepatu ini bertujuan untuk memperindah tampilan kaki yang banyak terlihat dengan rok mini.





Desain Manolo Blahnik


Selama masa ini penggunaan high heels masih sedikit ditentang dengan alasan simbol diskriminasi gender. Sampai akhirnya pada tahun 1980an setelah fashion sangat menjadi trend masyarakat, desainer Manolo Blahnik membawa high heels ke catwalk. Kemudian high heels terus merambat ke Hollywood dan kemudian ke masyarakat luas.

Pada masa modern ini high heels merupakan sebuah item fashion umum yang berguna mempercantik tampilan dan menambah kepercayaan diri kaum wanita. Seperti kata Manolo Blahnik “You put high heels on and you change”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar